Kamis, 11 Mei 2017

Hanya Soal Waktu

Orang tua seringkali merasa jengkel dengan perilaku anak-anaknya di rumah. Terutama saat masih kecil, si anak seringkali bikin rumah berantakan, bikin kotor, corat-coret atau perilaku lainnya.

Ah, ternyata "hanya soal waktu". karena sebentar lagi ketika anak-anak makin besar tak ada lagi momen tersebut terulang lagi. Sosok kecil yang selalu mengikuti kemana kita pergi, selalu cerita apasaja dan ketika dewasa mereka mencari orang lain untuk bercerita dan momen-momen lainnya.

Hanya soal waktu...
Saat rumahmu akan sebersih dan serapih rumah-rumah dalam majalah yang sering kau irikan itu
Maka, nikmatilah setiap detik letihmu yang harus berpuluh kali membereskan kekacauna yang mereka buat.

Hanya soal waktu...
Saat mereka tak mau lagi kau gandeng, peluk atau sekedar kau cium rambutnya.
Maka, berbahagialah ketika mereka selalu membuntutimu kemanapun kakimu melangkah, meski kadang hal itu mengesalkanmu. Bagi mereka tak ada selainmu.

Hanya soal waktu...
Saat kau tak lagi jadi si serbatahu dan tempat mengadu.
Maka, bersabarlah dengan rentetan pertanyaan juga celoteh ringan dari mulut mungil mereka yang kadang membuat dahimu mengernyit atau keaasyikanmu terhenti.

Hanya soal waktu...
Saat mereka mulai meminta kamarnya masing-masing dan melarangmu mengutak atik segala rupa apa yang ada di dalamnya.
Maka, tahan emosimu dari rengekan manja mereka saat minta kelon atau dongeng sebelum tidur ketika mata 5 wattmu juga meminta haknya.

Hanya soal waktu...
Saat mereka menemukan separuh ahtinya untuk selanjutnya membangun sarangnya sendiri. Mungkin saat itu posisimu tak lagi sepenting hari ini
Maka, resapilah setiap mili kebersamaanmu dengan mereka selagi bisa.

Karena tak butuh waktu lama menunggu kaki kecil mereka tumbuh menjadi sayap yang kan membawanya pergi menggapai asa dan cita.

Kelak kau hnya bisa menengok kamar kosong yang hanya sesekali akan ditempati penghuninya saat pulang. Termangu menghirup aroma kenangan di dalamnya dan lalu tercenung "Dulu kamar ini pernah begitu riuh dan ceria" Dan kau akan merindukannya.

Kelak kau akan sering menunggu dering telepon mereka untuk sekedar menanyakan "Apa kabarmu iu, ayah?" Dan kau akan begitu bersemangat menjawabnya dengan cerita-cerita tak penting hari ini.

Kelak kau akan merindukan acara memasak makanan kegemaran mereka dan merasa sangat puas saat melihat hasil masakanmu tandas dipiring mereka.

Janganlah keegoisanmu hari ini akan membawa sesal di kelak kemudian hari. Kau takkan pernah bisa memundurkannya sekalipun hanya sedetik untuk sekedar sedikit memperbaikinya.

Karena waktu terus berjalan....

Ya...ia berlari...tidak...bahkan ia terbang...dan dia tak pernah mundur kembali...

MARI KITA SAYANGI ANAK KITA SEPENUH HATI, SELAGI MASIH ADA WAKTU

----------------------------------------------

Hari ini, Kamis 11 Mei 2017. Umi merasakan betul bagaimana kerinduan ini padamu nak. sungguh tak tertahankan. Biasanya umi berharap bisa segera menyelesaikan semua pekerjaan rumah, agar rumah segera rapi tapi tak pernah selesai tepat pada waktunya. Tapi hari ini ketika rumah rapi, suasana sunyi, umi merindukan kehadiranmu yang menjejer semua mainan. suaramu yang terus bercerita tentang imajinasimu. Bermain bersamamu di atas ranjang tempat tidur. Berharap engkau segera kembali. Mengisi hari-hari umi lagi. Semoga masih ada kesempatan untuk selalu bersamamu sayangku...

Selasa, 06 Agustus 2013

Semaikan Kebaikan

Membuka kembali buku catatanku. Ku temukan sebuah judul “Semaikan kebaikan”. Salah satu judul catatan ustadz burhan entah berapa tahun yang lalu. Menyegarkan kembali ingatanku saat kini bulan syawal akan segera datang.

Kawan tahukah kamu..? saat tanggal satu syawal tiba, betapa bahagia aku hari itu. Mendapat  puluhan hingga ratusan selamat berhari raya. Banyak sms yang kepending karena hape yang kini dipakai tidak kuat lagi menampung sms bertubi-tubi. Sehingga jempol mungil ini dipaksa menari mencet sana mencet sini. Menghapus sapaan kalian, teman, sahabat, dan handai taulan. Agar muat hape ini menerima sapaan yang lain. Inilah sebuah wujud perhatian dari kawan dan teman yang diharapkan. Meski tak ada perjumpaan di alam nyata, tapi aku tahu kau sangat dekat di hatiku.

Bersemangat jemari menari lagi, mengetik jawaban dari setiap sms yang tersampaikan. Taqabbalallahu minna wa minkum. Itu saja yang mungkin bisa terucapkan. Karena gedenya jempol ini tak luwes lagi menari di keypad yang mungil itu. Sekali lagi maaf bila tak pintar mengolah kata. Tak pintar juga membuat haru bergemuruh di dada. Karena aku tahu yang terpenting bukanlah itu. Tapi yang terpenting adalah kau masih ingat aku sebagai TEMAN-mu.

Bukan soal berapa pulsa yang harus dikeluarkan. Tetapi sebuncah harapan menjalin kembali tali yang hilang, putus, atau sempat ruwet ditengahnya. Semoga tali silaturahmiii kembali terjalin. Meski hanya berbaris kata maaf dan ucapan lebaran. Merayakan kemenangan yang membahagiakan. Dan berharap diujung sana ada teman yang tersenyum senang. Karena masih dikenang sebagai teman. Meski hanya disentil sms, tapi dada bisa berguncang bila sms itu tulus dari hati hati yang paling dalam. Hujanlah rahmat. Semaikan kebaikan di awal bulan syawal. Bulan kebangkitan amal.

Mohon maaf lahir dan batin yaa kawan :)
Free Blogger Templates